Kamis, 09 Mei 2019

Mimpi Thalhah di Depan Pintu Surga dan Kemuliaan Ramadan

Mimpi Thalhah di Depan Pintu Surga dan Kemuliaan Ramadan - Terdapat beberapa literatur yang memang secara khusus membahas tentang arti mimpi, tafsir mimpi, alamat mimpi, firasat mimpi dan semua hal yang berkaitan dengan pembacaan atau tafsir dari mimpi yang kita alami. Salah satu yang cukup familiar atau banyak dikenal oleh masyarakat kita adalah Primbon Jawa, dalam primbon meramalkan tentang "pesan-pesan" yang tersembunyi dibalik mimpi yang kita alami.

Literatur yang kedua, yang cukup banyak dipercaya adalah Tafsir mimpi menurut islam. Dijaman Nabi-nabi dahulu, mimpi merupakan salah satu cara untuk menerima Wahyu dari Allah, seperti kisah Nabi Ibrahim AS, Nabi Muhammad SAW, dan banyak lagi nabi lainnya. Bahkan didalam Kitab Suci pun disebutkan bahwa mimpi memang memiliki arti.

Selain kedua literatur diatas, banyak juga orang yang mengaitkan mimpi dengan angka, terutama bila berhubungan dengan permainan togel. Ada yang mengatakan bahwa mimpi juga dapat di tafsirkan menjadi barisan angka (angka main), misalnya mimpi bekicot maka angkanya 02, mimpi angsa angkanya 03 dan seterusnya, mulai dari yang 2 digit (2D), 3 digit (3D), hingga 4 digit (4D). Nah, kali ini kita akan mengupas tentang Mimpi Thalhah di Depan Pintu Surga dan Kemuliaan Ramadan, oke langsung disimak saja penjelasannya berikut ini.
Loading...

Mimpi Thalhah di Depan Pintu Surga dan Kemuliaan Ramadan

Loading...
Tafsir Jitu - Salah satu keutamaan Ramadan dikisahkan melalui mimpi Thalhah bin Ubaidillah ra. Beliau merupakan satu di antaranya 10 sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang dijamin masuk surga. 

Saat perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah SAW sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah gugur dalam Perang Jamal di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun dan dimakamkan di Basrah.

Kembali ke mimpi Thalhah. Kisah ini mengenai dua orang lelaki dari Baliy, sebuah perkampungan dari suku Qudhâ’ah. Dari sumber lainnya, kedua merupakan kepala suku dan kaya raya. Keduanya masuk Islam bersama dan menjadi sahabat-sahabat yang bertakwa. 

Saat Islam membutuhkan bantuan, mereka dengan ringan tangan membantu, harta maupun tenaga. Hingga suatu saat kedua mendapat panggilan untuk berjihad.

Seperti yang sudah-sudah, keduanya dengan gembira menyambut panggilan jihad tersebut. Jihad merupakan ibadah yang diidam-idamkan para sahabat karena jika mereka meninggal dalam perang, mereka akan mati syahid dan dijamin masuk surga.

Saat perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah SAW sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah gugur dalam Perang Jamal di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun dan dimakamkan di Basrah.

Kembali ke mimpi Thalhah. Kisah ini mengenai dua orang lelaki dari Baliy, sebuah perkampungan dari suku Qudhâ’ah. Dari sumber lainnya, kedua merupakan kepala suku dan kaya raya. Keduanya masuk Islam bersama dan menjadi sahabat-sahabat yang bertakwa. 

Saat Islam membutuhkan bantuan, mereka dengan ringan tangan membantu, harta maupun tenaga. Hingga suatu saat kedua mendapat panggilan untuk berjihad.

Seperti yang sudah-sudah, keduanya dengan gembira menyambut panggilan jihad tersebut. Jihad merupakan ibadah yang diidam-idamkan para sahabat karena jika mereka meninggal dalam perang, mereka akan mati syahid dan dijamin masuk surga.


Keduanya bertempur dengan gagah berani hingga banyak anggota pasukan musuh yang tewas di tangan mereka. Namun dalam perang tersebut, satu di antaranya keduanya mati syahid. Sedangkan teman satunya pulang dan membawa kemenangan gemilang. Setahun kemudian, dia meninggal karena sakit. 

Beberapa waktu kemudian, suatu malam Thalhah bermimpi tentang keduanya. Dalam mimpinya itu, Thalhah berada di depan pintu surga bersama kedua sahabat yang telah meninggal tersebut.

Tiba-tiba dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat yang meninggal karena sakit di dalam kamarnya. Suara tersebut mempersilahkan si sahabat untuk masuk surga.

Setelah itu, suara dari dalam surga kembali terdengar dan memanggil sahabat yang mati syahid. Masuklah sahabat tersebut masuk surga. Kembali suara itu terdengar dan berkata kepada Thalhah, “Kembalilah karena belum waktumu masuk surga”. Thalhah pun terbangun dari mimpinya.

Keesokan harinya, Thalhah menceritakan mimpinya tersebut kepada sahabat-sahabat lainnya. Namun para sahabat tidak percaya. Mereka tidak percaya bagaimana mungkin sahabat yang meninggal karena sakit itu dipanggil lebih dahulu masuk surga dari pada yang mati syahid.

Hingga desas-desus peristiwa mimpinya Thalhah tersebut terdengar Rasulullah SAW. Lalu dipanggillah Thalhah untuk menceritakan mimpinya tersebut. Setelah mendengar cerita tersebut, Rasullullah membenarkan tentang mimpi Thalhah itu. Para sahabat pun heran.

Beliau berkata, “Apa yang membuat kalian heran?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah orang yang pertama ini adalah yang paling banyak jihadnya di antara mereka, lalu ia mati syahid, tapi kenapa temannya yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu darinya?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab, “betul”.

Beliau berkata, “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?!” Mereka menjawab, “betul”.  Maka Rasulullah berkata, “Maka jarak antara mereka lebih jauh dariapda jarak antara langit dan bumi!”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih, dari Abu Salamah bin Abdurrahman)

Masya Allah. Kisah tersebut memperlihatlah kepada kita betapa keutamaan Ramadan dan ibadah di dalamnya dapat mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid yang sangat agung. 

Termasuk nikmat yang sangat besar terhadap seorang hamba, Allah memberinya kesempatan dan umur panjang dalam ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana ketika Rasulullah ditanya, “Siapakah manusia yang paling baik?”

Beliau menjawab, “Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin Busr radhiyallâhu ‘anhu].

Artikel Terkait